Jumat, 16 April 2010

Tugas ringkasan bab 1 (SIFAT DAN ARTI ILMU POLITIK)

Tugas Rangkuman bab 1 ( sifat dan Arti Ilmu Politik)

dosen: M. Burhan Amin

kelas : 1 eb 18

nama : novia wulandari

npm : 27209043




Kamis, 15 April 2010

Tugas manajemen strategik

TUGAS MANAJEMEN STRATEGIK


DOSEN: MOHAMMAD ABDUL MUKHYI
NOVIA WULANDARI
27209043
4 EB 14


1. Grand Pertanian

Kerangka Pemikiran Grand Strategi HHBK

HHBK dapat berasal dari kawasan hutan dan luar kawasan hutan/lahan milik atau hutan rakyat. HHBK yang berasal dari kawasan hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 dan perubahannya dibedakan menjadi: (a) HHBK yang berasal dari hutan lindung dan dikenal dengan nama pemungutan, (b) HHBK berasal dari hutan produksi baik hutan alam maupun hutan tanaman dikenal dengan istilah pemanfaatan. Pemungutan HHBK yang berasal dari hutan lindung antara lain berupa: rotan, madu, getah, buah, jamur, sarang burung walet dan penangkaran satwa liar. Sedangkan hasil HHBK dari hutan produksi antara lain:
1. Rotan, sagu, nipah, yang meliputi kegiatan penanaman, pemanenan, dan pemasaran hasil.
2. Getah, kulit kayu, daun, buah atau biji, gaharu yang meliputi kegiatan pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.

Langkah-langkah dalam Pengelolaan Pemanfaatan :
1. Inventarisasi dan pemetaan potensi HHBK di dalam dan di luar kawasan hutan, Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh:
- Sebaran potensi setiap komoditas pada setiap Provinsi
- Sebaran potensi setiap komoditas pada setiap Kabupaten
2. Penentuan/seleksi jenis komoditas HHBK prioritas yang akan dikembangkan pada suatu wilayah. Untuk menentukan prioritas pengembangan HHBK pada suatu wilayah, ditetapkan kriteria, antara lain:
- Prospek pasar (lokal, regional, dan Internasional)
- Kesiapan infrastruktur menuju sentra HHBK
- Dukungan pengusaha dan Pemda setempat
3. Penyusunan/Perumusan Kebijakan yang mendukung pengelolaan HHBK. Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pelaku usaha dan masyarakat yang akan melaksanakan pengembangan HHBK. Langkah ini bersifat lintas sektor, antara lain:
- Alokasi lahan produksi (alam dan tanaman) untuk pengembangan HHBK
- Insentif bagi pengusaha dibidang HHBK (Pelaku Usaha)C. Program Pengembangan HHBK

1. Pengelompokan HHBK berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.35/Menhut-II/2007 adalah:
a. Kelompok Resin.
b. Kelompok Minyak Atsiri.
c. Kelompok Minyak Lemak, Pati, dan Buah-buahan.
d. Kelompok Tannin, Bahan Pewarna dan Getah.
e. Kelompok Tumbuhan Obat dan Tanaman Hias.
f. Kelompok Palma dan Bambu.
g. Kelompok Alkaloid.
h. Kelompok Lainnya.
i. Kelompok Hasil Hewan.


2. Grand Kehutanan dan Perkebunan

2. Road Map HHBK sektor kehutanan (2010 s/d 2025) maka program pengembangan HHBK sektor kehutanan terdiri atas :
Tier 1 (level 1) : HHBK yang termasuk dalam kelompok advance (komoditas HHBK ekonomis yang telah dikuasai teknik budidaya dan teknologi pengolahan).
Tier 2 (level 2) : HHBK yang termasuk dalam kelompok intermediate (komoditas HHBK ekonomis yang belum sepenuhnya dikuasai teknik budidaya dan teknologi pengolahan).
Tier 3 (level 3) : HHBK yang termasuk dalam kelompok preliminary (komoditas HHBK ekonomis yang belum dikuasai teknik budidaya dan teknologi pengolahannya).
(Sumber : Road Map Sektor Kehutanan, Badan Litbang Kehutanan, 2008)
Setiap lima tahun dilakukan evaluasi terhadap perkembangan status dan produktifitas HHBK pada setiap level.

3. Faktor Pendukung Pengembangan HHBK
A.. Pemantapan kawasan
-Peningkatan kelengkapan, keakuratan dan keterkinian hasil inventarisasi HHBK di dalam setiap kegiatan inventarisasi hutan; Pelaksanaan inventarisasi HHBK di tiap level; Metode dan pelaksanaan inventarisasi HHBK; Jenis parameter inventarisasi hutan dimasing-masing level.
- Percepatan proses pengukuhan; Penyelesaian konflik kawasan; Identifikasi kawasan hutan yang potensial untuk non kehutanan: Proses penyesuaian tata ruang; Rekonstruksi (tinjau ulang) dan realisasi tata batas.
-Percepatan proses pembentukan unit-unit KPH pada seluruh kawasan hutan (konservasi, lindung dan produksi) dengan mengarus-utamakan kelas perusahaan HHBK.
-Implementasi dari perencanaan pengembangan HHBK sebagai bagian dari sistem perancanaan kehutanan menuju terwujudnya rencana kehutanan yang hirarkis dan terintegrasi mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota dan unit pengelolaan, yang meliputi jangka waktu panjang dan pendek pada seluruh kawasan hutan (konservasi, lindung dan produksi).
-Mempertimbangkan Indonesia merupakan negara kepulauan (terdiri dari lebih kurang 17.000 pulau yang sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil), dengan kawasan hutan yang juga tersebar di sebagian besar pulau-pulau tersebut, maka arah pengembangan HHBK harus mempertimbangkan ekosistem, termasuk ekogeografis yang spesifik.

B. Mitigasi perubahan iklim.
-Terselenggaranya secara optimum peran kawasan hutan di dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan diterimanya imbalan yang seimbang dari peran tersebut. Pengembangan HHBK ditempatkan sebagai salah satu elemen pendukung percepatan pembentukan KPH untuk diposisikan sebagai register area dalam mekanisme perdagangan karbon.
-Identifikasi lokasi-lokasi yang potensial memasuki skema pasar karbon dan membangun model implementasi skema perdagangan karbon dengan lebih menitikberatkan pemanenan HHBK serta lebih banyak menunda pemanenan kayu untuk memperbesar cadangan karbon.
-Penyelenggaraan penelitian kemampuan/kapasitas penyerapan dan penyimpanan karbon (CO2) oleh tegakan hutan dan pengembangan sistem perhitungannya, ketika tegakan lebih diarahkan untuk produksi HHBK.

C.Pemanfaatan hutan
- Penyempurnaan pedoman dan percepatan tata hutan baik untuk hutan konservasi, lindung dan produksi sebagai dasar arahan bentuk pemanfaatan hutan dalam sistem KPH yang meliputi kayu dan bukan kayu; Penyusunan rencana pengelolaan hutan pada setiap unit KPH.
-Peningkatan kegiatan inventarisasi sumberdaya hutan sehingga dapat dikuasainya data/informasi potensi hutan sebagai dasar pemanfaatan kayu dan bukan kayu yang lestari.
- Intensifikasi pemanfaatan lahan hutan; peningkatan produktifitas melalui perbaikan teknik silvikultur yang disesuaikan dengan tipologi hutan setempat; Joint production (dalam satu tapak hutan dapat dimanfaatkan dengan berbagai tujuan misalnya hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu dan sekaligus jasa lingkungan hutan).
- Pemanfaatan hutan guna produksi hasil hutan bukan kayu diselenggarakan oleh usaha skala kecil untuk menciptakan dunia usaha kehutanan yang tahan (lentur) menghadapi perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis.
- Peningkatan pemberdayaan masyarakat di dalam pemanfaatan hutan, antara lain melalui peningkatan kapasitas dan akses masyarakat terhadap sumber daya hutan termasuk di dalamnya HHBK, dengan memanfaatkan secara maksimal instrumen pemberdayaan (pola kemitraan, HKm dan Hutan Desa) serta pelibatan dalam usaha kehutanan skala kecil antara lain melalui HTR.
d.Rehabilitasi
- Meningkatkan pertimbangan pengembangan HHBK pada percepatan pembangunan hutan tanaman (HTI dan HTR), pembangunan hutan rakyat, GERHAN, dan gerakan menanam lainnya sehingga lebih dapat terjamin adanya laju rehabilitasi yang lebih besar dari laju degradasi
-Percepatan rehabilitasi pada DAS prioritas dengan memaksimumkan kelas perusahaan HHBK untuk meningkatkan daya dukung ruang hidup.
-Kegiatan rehabilitasi dipersiapkan kemungkinannya untuk memasuki skema voluntary carbon market, pemanfaatan air , dan wisata alam yang dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.

E. Perlindungan dan pengamanan hutan
- Penguatan peraturan perundangan dan kelembagaan untuk meningkatkan efektifitas upaya pencegahan dan pemberantasan gangguan terhadap hutan dan kawasan hutan melalui berbagai insentif yang melekat pada pengembangan HHBK.
- Penyadaran dan penguatan kelembagaan masyarakat untuk ikut berperan dalam kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan melalui berbagai insentif pemanfaatan HHBK.
- Penegakan hukum (law enforcement) yang adil dan transparan.
F. Konservasi alam
- Pemanfaatan HHBK tidak dapat dilepaskan dari upaya peningkatan konservasi keanekaragaman hayati melalui konservasi ekosistem in-situ dan konservasi ex-situ.
- Penguatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem, jenis dan genetik melalui kolaborasi pengelolaan, profesionalisme sumber daya manusia, penerapan good forest governance serta pengembangan sistem insentif konservasi yang kondusif.
- Memperluas pelaku dan jumlah jenis pemanfaatan HHBK di kawasan konservasi.
G . Penelitian dan Pengembangan
- Pemanfaatan hasil litbang dan teknologi dalam pemanfaatan HHBK untuk meningkatkan efisiensi serta nilai tambah pemanfaatan hutan.
- Membangun kegiatan penelitian yang lebih integratif; melibatkan berbagai disiplin ilmu dan berorientasi kepada kebutuhan pengguna (user-oriented); menghasilkan produk HHBK dan teknologi pengembangannya yang inovatif, bernilai tambah tinggi, berorientasi pasar, ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi.
H. Kelembagaan
- Kelembagaan pengurusan HHBK dibangun kembali dengan sumberdaya manusia yang berorientasi pada kompetensi program dan kerja, dengan dukungan organisasi dan tata hubungan kerja serta sumber dana, SDM yang berkualitas dalam jumlah dan penyebaran yang memadai.
- Penguatan SDM melalui pengembangan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan berbasis kompetensi usaha HHBK; pengembangan standardisasi kompetensi, -peningkatan jumlah dan distribusi SDM profesional kehutanan; serta pembinaan SDM kehutanan untuk pengembangan HHBK.
- enyuluhan kehutanan dilakukan secara terintegrasi (pusat dan daerah); Peningkatan penyuluhan terpadu, bimbingan teknis dan pendampingan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan; Bisnis dan pemasaran HHBK, Penyesuaian program penguatan kelembagaan penyuluhan kehutanan guna melayani kebutuhan - - pengembangan HHBK; termasuk perluasan sasaran penyuluhan kehutanan.
- Pengawasan yang menjamin terselenggaranya pengurusan hutan sesuai dengan mandat UU, sebagai umpan balik yang menjadi bahan penyempurnaan kebijakan pengurusan hutan dari waktu ke waktu; Optimalisasi peran pengawasan kinerja pembangunan kehutanan oleh unsur masyarakat


www.deptan.go.id
www.dephut.go.id

Rabu, 14 April 2010

Tugas manajemen strategik 3

TUGAS MANAJEMEN STRATEGIK
TUGAS 3

DOSEN: MOHAMMAD ABDUL MUKHYI
NOVIA WULANDARI
27209043
4 EB 14


Pada era globalisasi ini perkembangan pasar ritel semakin ketat setiap tahun. Ini dapat dilihat dari semakin banyaknya industri pasar ritel seperti Giant, Carrefour, Hypermart, Alfamart. Indomaret, dan lain sebagainya. Pembangunanya pun hampir di setiap tempat strategis yang padat penduduk.

Masing-masing pasar ritel menawarkan banyak fasilitas. Yang memmbedakannya adalah kepuasan konsumen, kenyamanan, pelayanan, keamanan dan lain sebagainya. Pasar ritel tidak hanya membeli produk jadi dari pabrik dan menjualnya langsung kepada konsumen tetapi juga memproduksi barang sendiri seperti gula, beras, air mineral, kapas, tissue dan lain sebagainya. Harga yang ditawarkannya pun ternyata lebih murah daripada produk sejenis dengan kualitas yang hampir sama.

Misalkan saja perbandingan harga air mineral Giant lebih murah daripada air mineral Aqua. Ternyata pasar ini mempunyai strategi yang hebat. Selain menjual hasil produk mereka dangan harga yang lebih murah daripada produk sejenis, mereka juga meletakkan produk tersebut di tempat strategis yang sering dilewati pengunjung sewaktu memilih barang. Dengan cara itu konsumen bisa menilai sendiri produk yang lebih sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Bicara perkembangan retail ,khususnya retail modern di Indonesia sangatlah menarik dan penuh dengan hal – hal yang membuat kita ingin terus mencari tahu . Retail modern di Indonesia terus berkembang sejak masuknya pemain – pemain global seperti Makro, Carrefour, Giant, dll.Persaingan setiap tahun akan terus meningkat dan akan semakin sangat menarik. Persiangan dengan lokasi, lokasi , lokasi dan disertai strategi – strategi baru terus muncul.Persaingan tahun 2009 akan diwarnai hal baru yaitu dengan hadirnya Lotte, Hypermarket asal korea yang mengakuisisi Makro dan hadirnya minimarket 7 Eleven . Sekilas kita lihat persaingan dan strategi yang diterapkan oleh retail retail modern tahun 2008 .
1. Strategi Low Price ” Harga Murah ”

Hampir semua kelas retail dari minimarket sampai dengan Hypermarket mengklaim memberikan harga murah kepada konsumennya dan bahkan beberapa retail mengklaim produk tertentu mereka paling murah, seperti Minyak goreng, susu,detergent ,dll. Strategi “ Low Price “ ini, retail tidak bekerja sendiri tapi ada juga yang bekerja sama dengan Supplier. Strategi ini juga memberikan hasil yang sangat baik bagi retail. Terbukti dari tingkat pengunjung yang meningkat begitupula brand image dari retail bersangkutan..
2. Strategi PWP ( Purchase with Purchase )

Strategi ini hampir sepanjang tahun 2008 dilakukan oleh retail baik minimarket, supermarket maupun hypermarket. Berbagai produk dipakai sebagai alat untuk mendatangkan konsumen ke toko dan hal ini cukup efektif membuat konsumen untuk datang ke toko. Mau tidak mau supplier harus mengucurkan budget tambahan untuk ikut serta bermain dalam strategi ini.

3. Strategi Extra Barang / Pemberian hadiah

Strategi juga cukup menarik minat konsumen walau tidak lebih baik dari low price dan PWP. Konsumen cukup senang dengan pembelian 2 extra 1 dan sebagainya.
4. Strategi “ Kartu Kredit”

Bermula dari strategi yang diterapkan oleh Carrefour dengan kerjasama dengan bank. Dimana pemegang kartu kredit tertentu akan mendapatkan diskon khusus. Pelopor strategi ini adalah Carrefour dengan sambutan yang sangatlah mengejutkan. Konsumen sepertinya tidak berhenti – henti belanja dan semaksimal mungkin mengesek kartu kreditnya bahkan kalau perlu pinjam lagi ke teman atau ke tetangganya. Program ini berdampak baik, baik untuk retail maupun bank yang menerbitkan kartu kredit. Kini, strategi ini juga diterapkan juga oleh retail selain Carrefour. Bahkan kondisi berkembang menjadi kerjasama keanggotaan khusus antara retail dan bank seperti BCA & Carrefour , Hypermart & Mandiri.
5. Strategi ” Kartu Anggota ”

Strategi ini sebenarnya hampir sama dengan Kartu Kredit, hanya strategi ini lebih mengarahkan agar konsumen menjadi anggota atau royal terhadap retail bersangkutan. Contoh penerapan strategi ini adalah MCC matahari .

Hal – hal diatas adalah beberapa strategi yang diterapkan oleh retail di tahun 2008 di samping strategi – strategi lain. Setelah melihat sedikit peta tahun di tahun 2008, kita mulai bisa membayangkan kondisi yang akan terjadi tahun di 2009 untuk retail indonesia yang disertai dengan kondisi ekonomi global yang sedang sakit dan adanya pemilu di tahun 2009.


Mari kita akan coba mengupas kondisi retail tahun 2009.

Sedikit menyinggung mengenai pasar tradisional, di tahun 2009 semakin banyak pasar tradisional yang akan terdesak oleh pertempuran retail – retail modern. Pasar tradisional akan semakin banyak yang tutup dan akan semakin banyak juga pasar tradisional yang merubah konsepnya menjadi pasar tradisional modern yang bersih dan dikelola khusus.

Pertumbuhan Retail modern pun akan terus terjadi walau beberapa area di pulau Jawa sudah mulai membatasi pembukaan minimarket bahkan mulai membatasi area untuk supermarket dan hypermarket. Perkembangkan luar Jawa dengan otonomi daerah saat ini, akan membuat retail modern terus melakukan expansi keluar Jawa untuk menjaga pertumbuhan dan persaingan yang terjadi. Retail dengan kelas minimarket tetap akan bersaing khusus adalah Indomaret dan Alfamart yang mempunya skala nasional serta terus memperluas jaringan tokonya ke luar Jawa. Di Jawa barat sendiri persiangan akan ditambah dengan Yomart yang terus melakukan expansi, saat ini pun yomart sudah melakukan penetrasi ke area Jakarta. Sementara itu rencana hadirnya 7 Eleven di indonesia pada bulan Januari 2009, belum akan mengubah persaingan di kelas minimarket, hal ini juga dikarenakan segmentasi dan strategi yang berbeda dari 7 eleven .Di kategori Supermarket tidak akan banyak perubahan dari tahun 2008, hal ini karena kelas supermarket akan terus bertahan dan mencoba terus melakukan pembenahan di tengah-tengah persaingan antara supermarket itu sendiri, minimarket dan hypermarket.

Persaingan akan semakin hebat adalah terjadi di kategori Hypermarket, hadirnya Lotte akan menambah persaingan lebih hebat, strategi – strategi yang diterapkan oleh hypermarket – hypermarket tahun 2008 akan tetap terjadi di tahun 2009 dan ditambah dengan strategi – strategi baru yang khusus. Perluasan jaringan, seperti yang dilakukan oleh hypermarket oleh matahari group dengan mengubah matahari menjadi hypermart, Hero Group dengan mengubah Hero menjadi Giant dan Carrefour mengubah Alfa menjadi Carrefour express setelah di akuisisi. Perluasan jaringan ini membuat persaingan dan pertempuran Hypermarket ini semakin sering dan terjadi dimana – mana bahkan di setiap area. Persaingan ini bisa saling merugikan atau terakhir yang menjadi korban adalah supplier jika persaingan ini sudah menjadi tidak sehat dan mengarah pada pemerasan terhadap supplier untuk mendukung setiap strategi Retail.
Persaingan – persaingan yang terjadi terus menerus tentukan akan menguntungkan konsumen pada umumnya, karena konsumen semakin banyak pilihan dan mendapat harga – harga khusus. Perdebatan antara supplier dan retail saat ini terus terjadi, Undang – undang yang sedang dibahas bersama untuk mengatur kondisi trading term dan berbagai kerjasama sampai saat ini masih ditunggu dan terus diperdebatkan, salah satu sisi supplier ditekan oleh retail salah satu sisi retail merasa ini adalah kerjasama dan persaingan.

Tentukan akan lebih baik dan lebih sehat adalah retail dan supplier sama – sama saling sadar dan melengkapi, bekerjsama dengan baik dan menghindari unsur – unsur atau istilah – istilah menekan, memeras dan sebagainya, hal yang secara keseluruhan harus dilihat adalah konsumen, masyarakat pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi yang baik, sehingga bangsa ini akan lebih baik dan kesempatan kerja akan meningkat serta ekonomi akan semakin baik.




RITEL TRADISIONAL MATI BERDIRI
Perkembangan Mini Market Waralaba
Kemudian Hero Supermarket mendirikan Starmart pada tahun 1991. Di susul Alfa Group mendirikan Alfa Minimart pada tahun 1999 yang kemudian berubah menjadi Alfamart. Dalam hitungan tahun, mini market telah menyebar ke berbagai daerah seiring dengan perubahan orientasi konsumen dalam pola berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Dulu konsumen hanya mengejar harga murah, sekarang tidak hanya itu saja tetapi kenyamanan berbelanja pun menjadi daya tarik tersendiri.


Bisnis mini market melalui jejaring waralaba alias franchise berkembang biak sampai pelosok kota kecamatan kecil. Tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Khususnya mini market dengan brand Indomaret dan Alfamart. Siapa yang tidak kenal Indomaret? Dan siapa yang tidak kenal Alfamart? Anak kecil pun kalau beli permen pasti “nunjuknya” minta ke Indomaret atau ke Alfamart. Kedua merk ini dimiliki oleh group perusahaan raksasa yaitu Indomaret milik PT. Indomarco Prismatama (Indofood Group) dan Alfamart milik perusahaan patungan antara Alfa Group dan PT. HM Sampoerna, Tbk.

Indomaret ternyata berkembang tidak hanya dengan jejaring waralaba yang mencapai 785 gerai, tetapi gerai milik sendiri seabreg jumlahnya mencapai 1072 gerai(lihat grafik perkembangan toko yang diambil dari www.indomaret.co.id ). Sedangkan Alfamart berdasarkan penelusuran penulis di www.alfamartku.com memiliki 1400 gerai, tidak diperoleh data mengenai jumlah yang dimiliki sendiri dan yang dimiliki terwaralaba.

Bila kita hitung rata-rata nilai investasi minimal untuk mendirikan mini market waralaba sekitar Rp. 300 juta saja (diluar bangunan). Dikalikan dengan 1.072 gerai yang dimiliki sendiri. Berapa ratus milyar PT. Indomarco Prismatama mengeluarkan dana untuk investasi di bisnis mini market? Indofood Group juga ternyata tidak saja pemilik merk Indomaret, tetapi juga mendirikan mini market Omi, Ceriamart, dan Citimart lewat anak perusahaannya yang lain. Belum lagi didukung dengan distribusi barang, bahkan juga sebagai produsen beberapa merk kebutuhan pokok sehari-hari. Semua dikuasai dari hulu sampai hilir.Dari sabang sampai merauke Persaingan Tidak Seimbang
Pasti kita maklum bersama, betapa sengitnya persaingan di bisnis ritel khususnya Indomaret dan Alfamart sebagai market leader mini market. Dengan mengutip kalimat dalam artikel Sektor Ritel Makin Menggiurkan pada Swa Sembada No.01/XX/6-8 Januari 2005 (sumber.www.indomaret.co.id ) bahwa”Yang mungkin sangat sengit persaingannya adalah dalam hal perebutan lokasi. Pastinya setiap pemain memperebutkan lokasi-lokasi yang dinilai strategis. Apalagi di bisnis ini lokasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Perebutan lokasi strategis ini, bisa juga berpengaruh terhadap harga property. Bisa saja harga ruko jadi naik karena tingginya demand terhadap mini market.”

Jadi betapa agresifnya indomaret dan alfamart dalam memperebutkan lokasi yang dinilai strategis. Bahkan hampir di setiap komplek perumahan/pemukiman pasti akan berdiri salah satu mini market waralaba tersebut dan atau keduanya. Sudah tidak mungkin pedagang eceran tradisional akan mampu mencari lokasi strategis lagi untuk saat ini dan di masa mendatang. Jika kita bandingkan dari modal saja, pedagang eceran sudah sulit bergerak.

Selain itu supermarket, toserba, dan bahkan kini ada pasar raksasa bernama hypermarket bermunculan. Baik hypermarket lokal maupun hypermarket dari luar sana. Sekedar ilustrasi mari kita berhitung sejenak, berapa banyak jumlah pasar raksasa tersebut mulai dari jalan Thamrin, Cikokol sampai BSD City di serpong, Tangerang. Di Kota Modern (Modernland) ada Hypermart , lalu hanya sekitar berjarak 1 km berdiri megah Carefour. Berikutnya di Serpong Town Square, kebon nanas berdiri Giant Hypermarket. Kemudian di World Trade Centre (WTC) Matahari, Serpong berdiri kembali Hypermart. Di samping pintu gerbang perumahan Villa Melati Mas, ada lagi Giant Hypermarket. Dan di International Trade Centre (ITC) BSD City ada Carefour. Semua itu jaraknya antara pasar raksasa yang satu dengan pasar raksasa yang lain hanya sekitar 1 km. Luarrr biasa.!

Apalagi jika kita melihat perang harga promosi mini market atau legih gila lagi hypermarket raksasa. Dengan spanduk atau baliho besar bertuliskan nama barang dan harganya yang fantastis rendah. ! Entah banting harga atau memang harga beli mereka yang teramat rendah bila di bandingkan dengan harga beli pedagang eceran kecil bergerai warung atau toko tradisional. Memang tidak semua barang berharga murah, tetapi membanting harga sedemikian rendahnya di bawah harga pasar, membuat miris para pedagang eceran kecil. Masih untung Cuma perang harga

Dengan tidak bermaksud menggugat cara-cara promosi yang dilakukan oleh para pengelola pasar raksasa tersebut. Penulis hanya ingin mengajak kepada para pengelola pasar raksasa untuk membayangkan sejenak. Bagaimana perasaan pedagang warung dan toko tradisional, ketika ada konsumen bilang “di hypermarket aja harganya sekian???”. Kita tidak menyalahkan konsumen yang punya pemikiran demikian, membandingkan harga di hypermarket dengan di warung atau toko tradisionl. Juga tidak bisa menyalahkan hypermarket dengan promosi harga yang gila-gilaan. Mungkin ini salah satu fenomena globalisasi.

Posisi Pasar Pengecer TradisionalMelihat dari sisi manapun, posisi pedagang tradisional semakin terjepit. Menjerit. Dan merintih tergilas persaingan bisnis yang tidak seimbang. Bisakah kita membayangkan? Posisi pedagang tradisional yang modalnya hanya semangat berwirausaha dengan sedikit uang puluhan juta. Bersaing dengan mini market waralaba yang modalnya ratusan juta plus jaringan distribusi barang yang sangat baik, didukung system operasional prosedur dan kecanggihan tekhnologi. Ternyata cukup ampuh untuk mematahkan tulang punggung keluarga pedagang eceran tradisonal.

Sekedar urun rembug, perubahan orientasi konsumen dalam pola berbelanja tidak mungkin berubah. Konsumen lebih memilih gerai modern untuk berbelanja. Selain konsumen mendapatkan kenyamanan berbelanja, pelayanan yang prima, juga harga barang terkesan murah. Oleh karena itu maka jalan keluar bagi pedagang eceran tradisional adalah merubah gerai menjadi gerai modern mini market mandiri (sendiri), yang bisa dibangun dengan modal di bawah Rp.100 juta. Kemudian berkolaborasi antar mini market mandiri dalam pengadaan barang dagangan. Selanjutnya bla…bla…atur strategi bersaing untuk menghadapi persaingan bisnis ritel agar berkeseimbangan.

Sekali lagi, tidak bermaksud menggugat pola pengembangan usaha dengan jejaring waralaba. Analisa penulis, waralaba sangat baik untuk proses pembelajaran, pemerataan usaha, dan meminimalisir monopoli. Tetapi apa yang terjadi, ternyata gerai mini market lebih banyak dimiliki perusahaan sendiri. Seharusnya perusahaan yang sudah dikembangkan dengan system waralaba tidak perlu lagi mengembangkan sayapnya dengan memiliki gerai sendiri. Tetapi kemudian peraturan perundang-undangannya tidak ada yang melarang untuk hal itu. Semua perusahaan bebas menggurita walaupun pedagang eceran tradisional mati berdiri. Hidup enggan mati tak mau. Mati tak mau tapi sulit bertahan hidup.
DAFTAR PUSTAKA:
http://cantikmanager.blogspot.com/2008/10/peta-retail-tahun-2009.html
http://portal.pi-umkm.net/portal.php?mod=opini&act=View&id=19

Tugas manajemen strategik 2

TUGAS MANAJEMEN STRATEGIK
TUGAS 2

DOSEN: MOHAMMAD ABDUL MUKHYI
NOVIA WULANDARI
27209043
4 EB 14

GRAND STRATEGI KELAUTAN

VISI :

Pembangunan Kelautan dan Perikanan :

‎”Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015”‎



MISI :

" Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan "

GRAND STRATEGY (The Blue Revolution Policies) :

1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi.
2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan.
3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan.
4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional.

SASARAN STRATEGIS :

1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi.

* Peraturan perundang-undangan di bidang Kelautan dan Perikanan sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah."
* Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat.
* Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan.

2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan.

* Sumber daya Kelautan dan Perikanan dimanfaatkan secara optimal dan berkelnjutan.
* Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola secara berkelanjutan.
* Pulau-pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi.
* Indonesia bebas Illegal, Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.

3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan.

* Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan dengan usaha yang bankable.
* Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin.
* Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.

4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional.

* Seluruh desa memiliki Pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan.
* Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di bidang kelautan dan perikanan.


Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan dalam kerangka ‎pembangunan jangka menengah adalah :‎

1.
‎Terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia melalui peningkatkan ‎pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, serta pelaku usaha kelautan dan ‎perikanan lainnya.‎
2.
Meningkatnya peran sektor kelautan dan perikanan dalam perekonomian ‎nasional.‎
3.
Terwujudnya kondisi lingkungan sumber daya kelautan dan perikanan yang ‎berkualitas dan terciptanya kelestarian daya dukung.‎


Sasaran pembangunan kelautan dan perikanan adalah :‎

1. Meningkatnya usaha dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kelompok ‎sasaran program
2. Meningkatnya kontribusi sektor kelautan dan perikanan dalam ‎perekonomian nasional
3. Menurunnya tingkat kerusakan dan tingkat pelanggaran pemanfaatan ‎sumberdaya kelautan dan perikanan.‎



http://www.dkp.go.id/index.php/ind/menu/3/visi-misi-grand-strategy-dan-sasaran-strategis-kkp

Tugas manajemen strategik 1

TUGAS MANAJEMEN STRATEGIK
TUGAS 1

DOSEN: MOHAMMAD ABDUL MUKHYI

NOVIA WULANDARI
27209043
4 EB 14

ARAH DAN STRATEGI PENDIDIKAN KABUPATEN DHARMASRAYA DALAM MENGHADAPI CAFTA

Perdagangan bebas yang telah dicanangkan oleh sebagain besar negara-negara di dunia ini mulai dirasakan, khususnya Negara Republik Indonesia. Tepat tanggal 1 Januari 2010 mulai diberlakukan Free Trade Agrement(FTA/ Perjanjian Perdagangan Bebas) ASEAN-China. Dengan adanya perjanjian tersebut secara otomatis terbentuk CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area). Negara-negara ASEAN yang termasuk yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, Filipina, Kamboja, Laos, Thailand, dan Myanmar. Adapun hasil kesepakatannya yaitu bea masuk produk manufaktur China ke ASEAN, termasuk Indonesia, ditetapkan maksimal 5 persen, sedangkan di sector pertanian 0 persen tanpa pajak sama sekali.
Pengaruh ini tidak hanya dirasakan di sektor perdagangan, tetapi juga berpengaruh ke semua sektor. Bangsa ini tidak bisa menghindar dari pasar bebas ini, namun bagaimana kita menghadapi hal ini sehingga menjanjikan peningkatan dan kapasitas produk dalam negeri yang bisa diserap oleh pasar internasional. Dengan berbagai bentuk silang kerja sama, CAFTA memungkinkan pasar lokal terintegrasi secara regional dan internasional. Namun, bangsa ini terkendala persoalan kesiapan dalam merespons pola perdagangan bebas. Apakah produk dan sumber daya manusia bangsa ini umumnya dan Kabupaten Dharmasraya khususnya siap untuk bersaing?
Masalah ini juga berpengaruh pada bidang pendidikan, yang hasil kinerjanya diukur dari keluaran SDM yang dibentuknya. Hal ini mengingatkan dan mendorong lembaga-lembaga pendidikan di Kabupaten Dharmasraya mau tidak mau harus bekerja keras untuk membentuk SDM yang handal dalam persaiangan nasional dan internasional.
STRATEGI MENGHADAPI CAFTA
Untuk menghadapi CAPTA, maka berdasarkan visi, misi dan analisa SWOT maka Dinas Pendidikan Kabupaten Dharmasraya akan merumuskan beberapa langkah dan strategi antara lain:

1.Meningkatkan kualitas sekolah menjadi sekolah standar nasional dan minimal satu sekolah dari setiap jenjang pendidikan menjadi sekolah standar internasional.
2.Mengembangkan Sekolah Menengah Kejuruan berorientasi kedunia usaha dengan meningkatkan menjadi sekolah keunggulan local.
3.Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan berorientasi kepada mutu dan kemampuan bahasa Inggris.
4.Mengupayakan peningkatan sarana pendidikan dan sarana ICT di sekolah.
5.Memasukan program Bahasa Mandarin ke mata pelajaran Bahasa Asing di Kurikulum Satuan Pendidikan di sekolah.
6.Mengembangkan dan mengintegrasikan life skill dan sikap kewirausahan pada mata pelajaran di sekolah.
7.Mengembangkan sikap kewirausahaan pada manejemen pendidikan di sekolah.
8.Mengaflikasikan nilai-nilai relegi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Demikian strategi-strategi bidang pendidikan Kabupaten Dharmasraya sebagai langkah menghadapi persaingan global umumnya dan CAFTA khususnya, sehingga kualitas sumber daya manusia Kabupaten Dharmasraya diharapkan dapat meningkat. Harapan ke depan semoga strategi-strategi ini mendapat dukungan dari semua pihak terutama dari tiga pilar pendidikan yaitu masyarakat, pemerintah, dan sekolah.
Upaya Strategi Meningkatkan Daya Saing Produk Indonesia Dalam Pelaksanaan Cafta.
Jakarta, VOI Fitur - Sejak ditandatangani Asean Free Trade Agreement (CAFTA) awal Januari 2010 semakin disadari pentingnya meningkatkan daya saing produk lokal Indonesia dalam menghadapi produk dari negara ASEAN dan China. Seperti diungkapkan oleh Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Sugeng Riyanto, bahwa Indonesia harus meningkatkan daya saing dalam pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas China-Asean Free Trade Agreement (CAFTA), agar dapat memenangi persaingan. Menurutnya, dimulainya penerapan perjanjian perdagangan bebas pada awal 2010 harus menjadi perhatian berbagai kalangan, karena CAFTA bukan sesuatu yang sepele. Dalam hal ini, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia agar menjadi lebih kompetitif. Dalam upaya meningkatkan daya saing produk Indonesia, Syarkawi Rauf dari Regional Chief Economist Bank BNI mengusulkan beberapa upaya strategis. Menurut Rauf, dalam jangka menengah pemerintah dan dunia usaha nasional dapat mendorong terciptanya aliansi strategis dengan dunia usaha asal China. Aliansi strategis ini diharapkan dapat mendorong pengusaha asal China untuk membuka pabriknya di Indonesia. Langkah ini, menurut Rauf, akan sangat bermanfaat dalam rangka pengembangan industri nasional, transfer teknologi, pembukaan lapangan kerja baru, dan mengurangi laju deindustrialisasi. Selain itu, tambah Rauf, barang-barang yang dihasilkan dari sisi status bukan lagi barang impor, tetapi produksi nasional.

Selanjutnya, agenda jangka panjang yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah adalah: (1) Mempercepat pembenahan infrastruktur, khususnya infrastruktur transportasi ke sentra-sentra produksi. (2) Mempercepat proses industrialisasi melalui partnership antara dunia usaha, sektor perbankan, pemerintah, dan perguruan tinggi dengan tanggungjawab sesuai dengan kompetensi masing-masing. (3) Membangun pusat-pusat distribusi regional yang terhubung dengan pasar utama komoditi unggulan daerah.

Akhirnya, manfaat CAFTA akan lebih optimal bagi kepentingan perekonomian nasional, jika pemerintah dan dunia usaha mampu mengembangkan industri lokal berbasis komoditi utama, yang ketersediaannya tidak ada di China. Agar skala produksinya lebih besar maka pengembangan industrinya idealnya dilakukan secara terintegrasi antar negara di kawasan ASEAN.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Erwin Aksa berpendapat, bahwa Pemerintah dapat meningkatkan pembangunan infrastruktur yang mendukung produksi dalam negeri. HIPMI juga meminta perbankan memberikan dukungan kepada pengusaha. Karena itulah, dibutuhkan dukungan perbankan yang memiliki peranan penting, khususnya dukungan dalam membangun pabrik. Brg-Ike/LPP R

DAFTAR PUSTAKA:
1.http://id.voi.co.id/fitur/voi-bunga-rampai/1725-upaya-strategi-meningkatkan-daya-saing-produk-indonesia-dalam-pelaksanaan-cafta.html

2.http://www.diknas.dharmasrayakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=71:cafta&catid=40:pendidikan

Jumat, 09 April 2010

Tugas ringkasan BAB 8( masalah sosial & manfaat sosiologi)





Tugas rangkuman bab 8 masalah sosial dan manfaat sosiologi

mata kullah: sosiologi dan politik

doesen : Muhammad Burhan Amin

Kamis, 01 April 2010

Makalah Masalah Sosial Sebagai Efek Perubahan (Kasus Lingkungan Hidup) Dan Upaya Pemecahannya

Mata Kuliah : Sosiologi dan Politik
Dosen : Muhamad Burhan Amin

Topik Tugas : Masalah Sosial Sebagai Efek Perubahan (Kasus Lingkungan Hidup) Dan Upaya Pemecahannya

Kelas : 1 EB 18

Dateline Tugas : 03 April 2010
Tanggal Penyerahan Tugas : 03 April 2010

PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini kami dibuat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.

Apabila terbukti tidak benar , kami siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.

Penyusun


NPM NAMA LENGKAP TANDA TANGAN
27209043 NOVIA WULANDARI

Program Sarjana Akuntansi dan Manejemen

UNIVERSITAS GUNADARMA

Tahun 2010

KATA PENGANTAR





Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah Sosiologi dan Politik ini . Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui kasus lingkungan hidup , yang sedang terjadi di saat ini. Dan sebagai tugas softskiil yang diberikan oleh bapak M. Burhan Amin.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan dijadikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Penulis menyadari dalam pembuatan Makalah ini memiliki banyak kekurangan , maka penulis mengharapkan kepada pembaca memberikan kritik dan saran nya kepada penulis yang bersifat membangun untuk dapat memperbaiki kearah yang lebih sempurna.








Bekasi , 03 Maret 2010


Penulis

DAFTAR ISI


Lembar Judul…………………………………………………………… i

Kata Pengantar …………………………………………………………. ii

Daftar isi……………………………………………………………….... iii

BAB II ISI............................................................................................... 1
A . Intensitas dan komleksitas Masalah................................... 2
B. Latar Belakang Masalah...................................................... 4
C . Penangan Masalah Berbasis Masyarakat ............................ 8
1. Mengembangkan Sistem Sosial Yang Responsif............... 8
2. Pemanfaatan Modal Sosial.................................................. 8
3. Pemanfaatan InstitusiSosial:.............................................. 8
a. Organisasi Masyarakat.................................................... 9
b. OrganisasiSwasta.......................................................... 9
c. Optimalisasi Kontribusi Dalam Pelayanan Sosial......... 10
d. Kerja sama dan Jaringan...............................................
D.UpayaPenanganMasalah......................................................13

BAB III PENUTUP....................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
ISI
A. Intensitas dan kompleksitas Masalah
Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21. Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi :

(a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai,
(b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara
(c) gangguan terhadap permukiman penduduk,
(d) pengurangan produktivitas lahan pertanian,
(e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir. kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut :
(a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir,
(b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove,
(c) meluasnya intrusi air laut,
(d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan
(e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.

Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan.

KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.
Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi.
Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:
1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
4) Gas yang mengandung racun.
5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.
b. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.
Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
1) Berbagai bangunan roboh.
2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
3) Tanah longsor akibat guncangan.
4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
c. Angin topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah.

B. Latar Belakang Masalah
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia.
Environmentalism adalah perlindungan lingkungan hidup dari pengaruh-pengaruh luar, misalnya pencemaran, bising, pemanasan global, dan perusakan sumber daya alam.Salah satu contoh pertama adalah orang-orang Bishnois di Rajasthan, India, yang rela mati demi mencegah penebangan pohon-pohon di desa mereka atas perintah raja.Beberapa tokoh modern adalah John Muir dan Henry David Thoreau. Thoreau tertarik akan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup dan mempelajari hal ini dengan cara hidup dekat dengan alam dengan gaya hidup sederhana. kecenderungan kerusakan lingkungan hidup semakin masif dan kompleks baik di pedesaan dan perkotaan. Memburuknya kondisi lingkungan hidup secara terbuka diakui mempengaruhi dinamika sosial politik dan sosial ekonomi masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional.
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain
Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
1) Merobohkan bangunan.
2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
3) Membahayakan penerbangan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Pada gilirannya krisis lingkungan hidup secara langsung mengancam kenyamanan dan meningkatkan kerentanan kehidupan setiap warga negara. Kerusakan lingkungan hidup telah hadir di perumahan, seperti kelangkaan air bersih, pencemaran air dan udara, banjir dan kekeringan, serta energi yang semakin mahal. Individu yang bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan hidup sulit dipastikan karena penyebabnya sendiri saling bertautan baik antar-sektor, antar-aktor, antar-institusi, antar-wilayah dan bahkan antar-negara. Untuk menjamin keberlanjutan kehidupan generasi mendatang dibutuhkan gerakan sosial yang kuat dan meluas. Generasi mendatang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk itu generasi sekarang bertanggungjawab mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik.

C. Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat

1. Mengembangkan Sistem Sosial Yang Responsif
Peranan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam hal ini menjadi bagian terpenting yang tidak terpisahkan dalam upaya mengelola lingkungan pesisir dan laut. Dewasa ini, pengelolaan lingkungan secara terpadu disinyallir terbukti memberikan peluang pengelolaan yang cukup efektif dalam rangka menyeimbangkan antara pelestarian lingkungan dan pemanfaatan ekonomi. Namun demikian, hal ini tidak menutup kemungkinan akan adanya bentuk-bentuk pengelolaan lain yang lebih aplikatif (applicable) dan adaptif (acceptable). Salah satu bentuk pengelolaan yang cukup berpeluang memberikan jaminan efektifitas dalam pengimplementasiannya adalah pengelolaan berbasis masyarakat (community based management).

2. Pemanfaatan Modal Sosial & Pemanfaatan Institusi Sosial
a. Organisasi Masyarakat
Komunitas/masyarakat memiliki adat istiadat, nilai-nilai sosial maupun kebiasaan yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Perbedaan dalam hal-hal tersebut menyebabkan terdapatnya perbedaan pula dalam praktek-praktek pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, dalam proses pengelolaan lingkungan perlu memperhatikan masyarakat dan kebudayaannya, baik sebagai bagian dari subjek maupun objek pengelolaan tersebut. Dengan memperhatikan hal ini dan tentunya juga kondisi fisik dan alamiah dari lingkungan pesisir dan laut, proses pengelolaannya diharapkan dapat menjadi lebih padu, lancar dan efektif serta diterima oleh masyarakat setempat. Proses pengelolaan lingkungan ada baiknya dilakukan dengan lebih memandang situasi dan kondisi lokal agar pendekatan pengelolaannya dapat disesuaikan dengan kondisi lokal daerah yang akan dikelola. Pandangan ini tampaknya relevan untuk dilaksanakan di Indonesia dengan cara memperhatikan kondisi masyarakat dan kebudayaan serta unsur-unsur fisik masing-masing wilayah yang mungkin memiliki perbedaan disamping kesamaan. Dengan demikian, strategi pengelolaan pada masing-masing wilayah akan bervariasi sesuai dengan situasi setempat. Yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh suatu masyarakat yang merupakan kearifan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Segenap gambaran wacana tersebut di atas secara umum memberikan cermin bagaimana sebuah pengelolaan yang melibatkan unsur masyarakat cukup penting untuk dikaji dan diujicobakan.

b. Organisasi Swasta
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan ini lebih dikenal dengan istilah pengelolaan berbasis masyarakat (PBM) atau community based management (CBM). Menurut Carter (1996) [[Community-Based Resource Management (CBRM)]] didefinisikan sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan secara berkelanjutan di suatu daerah terletak/berada di tangan organisasi-organisasi dalam masyarakat di daerah tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam sistem pengelolaan ini, masyarakat diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya dan lingkungan yang dimilikinya, dimana masyarakat sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan aspirasinya serta masyarakat itu pula yang membuat keputusan demi kesejahteraannya.

c. Optimalisasi Kontribusi Dalam Pelayanan Sosial

Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting,yaitu:
a)Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
b)Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.

1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah
a.Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentangTata Guna Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan

2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan) Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi
b. Pelestarian udara
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, 3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer
c. Pelestarian hutan
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan

d. Kerja sama dan Jaringan
Dalam rangka menyadarkan masyarakat terdapat tiga kunci penyadaran, yaitu (i) penyadaran tentang nilai-nilai ekologis ekosistem pesisir dan laut serta manfaat penanggulangan kerusakan lingkungan, (ii) penyadaran tentang konservasi, dan (iii) penyadaran tentang keberlanjutan ekonomi jika upaya penanggulangan kerusakan lingkungan dapat dilaksanakan secara arif dan bijaksana.Untuk melakukan analisis kebutuhan terdapat tujuh langkah pelaksanaannya, yaitu: (i) PRA dengan melibatkan masyarakat lokal, (ii) identifikasi situasi yang dihadapi di lokasi kegiatan, (iii) analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, (iv) identifikasi masalah-masalah yang memerlukan tindak lanjut, (v) identifikasi pemanfaatan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan di masa depan, (vi) identifikasi kendala-kendala yang dapat menghalangi implementasi yang efektif dari rencana-rencana tersebut, dan (vii) identifikasi strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan kegitan. Pelatihan keterampilan dasar perlu dilakukan untuk efektivitas upaya penanggulangan kerusakan lingkungan, yaitu (i) pelatihan mengenai perencanaan upaya penanggulangan kerusakan, (ii) keterampilan tentang dasar-dasar manajemen organisasi, (iii) peranserta masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan, (iv) pelatihan dasar tentang pengamatan sumberdaya, (v) pelatihan pemantauan kondisi sosial ekonomi dan ekologi, dan (vi) orientasi mengenai pengawasan dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kerusakan lingkungan dan pelestarian sumberdaya. Terdapat dua kegiatan pokok dalam pengembangan fasilitas sosial ini, yaitu: (i) melakukan perkiraan atau analisis tentang kebutuhan prasarana yang dibutuhkan dalam upaya penanggulangan kerusakan lingkungan, penyusunan rencana penanggulangan dan pelaksanaan penanggulangan berbasis masyarakat, serta (ii) meningkatkan kemampuan (keterampilan) lembaga-lembaga desa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan langkah-langkah penyelamatan dan penanggulangan kerusakan lingkungan dan pembangunan prasarana.
Pendanaan merupakan bagian terpenting dalam proses implementasi upaya penanggulangan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, peran pemerintah selaku penyedia pelayanan diharapkan dapat memberikan alternatif pembiayaan sebagai dana awal perencanaan dan implementasi upaya penanggulangan. Namun demikian, modal terpenting dalam upaya ini adanya kesadaran masyarakat untuk melanjutkan upaya penanggulangan dengan dana swadaya masyarakat setempat.
Kesembilan proses implementasi upaya penanggulangan pencemaran laut tersebut di atas tidak bersifat absolut, tetapi dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, sumberdaya dan masyarakat setempat, terlebih bilamana di wilayah tersebut telah terdapat kelembagaan lokal yang memberikan peran positif bagi pengelolaan sumberdaya dan pembangunan ekonomi masyarakat sekitarnya.

D . Upaya Penangan Masalah

1.Memproduksi minyak secara alami Ada proses bernama themo- depolymerization, suatu proses yang sama dengan bagaimana alam memproduksi minyak. Misalnya libah berbasis karbon jika dipanaskan dan diberi tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak. Secara alami proses ini membutuhkan waktu jutaan tahun. Dari eksperimen yang sudah-sudah, kotoran ayam kalkun mampu memproduksi sekitar 600 pon petroleum.
2.Menghilangkan garam dari air laut PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi milyaran manusia pada pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama Desalinasi, yakni menhilangkan kadar garam dan mineral dari air laut sehingga layak diminum. Ini merupakan solusi yang bias dilakukan untuk mencegah krisis air. Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan energi cukup besar. Kini para ilmuan tengah mencari jalan agar desalinasi dapat berlangsung dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan melakukan evaporasi pada air sebelum masuk ke membrane dengan pori-pori mikroskopis.
3.Tenaga Hidrogen Bahan bakar hydrogen dianggap sebagai bahan bakar alternative bebas polusi. Energi dihasilkan dari perpaduan antara hydrogen dan oksigen. Problemnya adalah bagaimana hydrogen itu dihasilkan. Molekul seperti air dan alkohol harus diproses dulu untuk mengekstaksi hydrogen sehingga menjadi sel bahan bakar. Proses ini juga membutuhkan energi besar. Namun setidaknya ilmuwan sudah mencoba membuat laptop serta peranti lain dengan tenaga fuel cell.
4. Tenaga Surya Energi surya yang sampai di bumi terbentuk dari photon, dapat dikonversikan menjadi listrik atau panas. Beberapa perusahaan sudah berhasil menggunakan aplikasi ini. Mereka memakai sel surya dan termal surya sebagai media pengumpul energi.
5.Konversi Panas Laut Media pengumpul tenaga surya terbesar di bumi ini adalah air laut. Departemen Energi Amerika Serikat (AS) menyebut, laut mampu menyerap panas surya setara dengan energi yang dihasilkan 250 miliar barel minyak/hari. Ada teknologi bernama OTEC yang mampu mengkonversikan energi termal laut menjadi listrik. Perbedaan suhu antar permukaan laut mampu menjalankan turbin dan menggerakkan generator. Masalahnya, teknologi ini masih kurang efisien.
6. Energi Gelombang Laut ,Laut melingkupi 70 % permukaan bumi. Gelombangnya menyimpan energi besar yang dapat menggerakkan turbin-turbin sehingga menghasilkan listrik. Problemnya agak sulit memperkirakan kapan gelombang laut cukup besar sehingga memproduksi energi yang cukup, solusinya adalah dengan menyimpan sebagian energi ketika gelombang cukup besar. Sungai Timur kota New York saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga gelombang air. Sedangkan Portugis justru sudah lebih dulu mempraktikan teknologi ini dan sukses menerangi lebih dari 1500 rumah.
7.Menanami Atap Rumah Tanaman yang tanam di atap rumah ini mampu menyerap panas dan mengurangi karbon dioksida. Bayangkan jika burung-burung dan kupu-kupu berterbangan di sekitar rumah hijau kita.
8.Bioremediasi adalah memanfaatkan mikroba dan tanaman untuk membersihkan kontaminasi. Salah satunya adalah membersihkan kandungan nitrat dalam air dengan bantuan mikroba. Atau memakai tanaman untuk menetralisir arsenic dari tanah. Beberapa tumbuhan asli ternyata punya daerah untuk membersihkan bumi kita dari aneka polusi.
9.Kubur barang-barang Perusak Karbon dioksida adalah factor utaa penyebab pemanasan global. Energy Information Administration (EIA) mencatat, tahun 2030 emisi karbon dioksida mencapai 8000 juta metric ton. Metode paling sederhana untuk menekan kandungan zat berbahaya itu adalah dengan menguburkan berbagai sumber penghasilan CO2 seperti aneka limbah elektronik berbahaya. Namun ilmuan masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan tersimpan aman.


BAB II
PENUTUP
 Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain: a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri. b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan. c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain :a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).b. Perburuan liar c. Merusak hutan bakau.d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS) g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
 Penanggulangan bencana adalah tanggungjawab semua pihak, bukan pemerintah saja. Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan atas martabat, keselamatan dan keamanan dari bencana. Masyarakat adalah pihak pertama yang langsung berhadapan dengan ancaman dan bencana. Karena itu kesiapan masyarakat menentukan besar kecilnya dampak bencana di masyarakat.
Masyarakat yang terkena bencana adalah pelaku aktif untuk membangun kembali kehidupannya.Masyarakat meskipun terkena bencana mempunyai kemampuan yang bisa dipakai dan dibangun untuk pemulihan melalui keterlibatan aktif. Masyarakat adalah pelaku penting untuk mengurangi kerentanan dengan meningkatkan kemampuan diri dalam menangani bencana




DAFTAR PUSTAKA


1. http://www.scribd.com/doc/6330078/Manusia-Dan-Lingkungan-Hidup
2. http://id.wikibooks.org/wiki/Melibatkan_Masyarakat_dalam_Penanggulangan_Kerusakan_Lingkungan_Pesisir_dan_Laut
3. http://afand.cybermq.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian

Tugas ringkasan BAB 7 ( perubahan sosial)

Tugas ringkasan BAB 7 ( perubahan sosial)

mata kuliah : sosiologi dan politik

dosen : M. Burhan Amin

href="http://1.bp.blogspot.com/_6nW2tlgYMy4/S7RZVvTEpUI/AAAAAAAAAFA/55KlJYph75k/s1600/perubahan+sosial+1.JPG">